Spiritual Teaching Sebagai Konsep Yang
Melibatkan
IQ, EQ, SQ
Guru merupakan orang
yang sangat penting dalam proses belajar mengajar tertentunya mengetahui
berbagai pengaruh yang mengitari dalam melaksanakan tugasnya. Strategi spiritual
teaching adalah rencana cermat melalui sebuah proses penyampaian dan
penanaman pengetahuan atau keterampilan yang berkaitan dengan suatu mata
pelajaran tertentu kepada siswa yang dilakukan oleh guru dalam kerangka
pengabdian kepada Allah sebagai sang Maha Pemilik Ilmu dalam praktek model
pembelajaran dengan pendekatan spiritual, dengan cara mencintai profesi dan
anak didiknya. Siswa akan mencintai guru dengan cara mengidolakannya serta
menempatkan guru sebagai sosok yang berwibawa sehingga dapat mendorong siswa semangat
dan senang dalam belajar.
Dalam konsep mengajar
seorang pendidik bahwa tolak ukur peranan guru bukan sebagai pengajar,
melainkan sebagai pembimbing belajar atau pemimpin belajar atau fasilitator
belajar. Seorang guru yang dikatakan cerdas, profesional dan bermakna tidak
hanya memberikan atau menyampaikan pengetahuan (transfer of knowledge),
tapi juga mampu menyampaikan nilai-nilai moral sehingga mampu mendidik sikap
dan perilaku peserta didik menjadi lebih baik (transfer of value).
Terkadang seorang pendidik hanya mengandalkan kecerdasan intelektualnya saja
dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga tak jarang kita temukan seorang
pendidik yang tidak bertindak tidak patut dan semestinya.
Maka dari itu sangat
penting bagi para guru untuk mulai menyadari bahwa pendidikan bukan hanya
transfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu mendidik merupakan upaya untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai religius. Sebagai pribadi, salah
satu tugas besar dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap potensi
(fitrah) kemanusiaan yang kita miliki, melalui upaya belajar/ learning to
do, learning to know (IQ), learning to live together (EQ)
dan learning to be (SQ) serta berusaha untuk memperbaiki kualitas
diri pribadi secara terus-menerus, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh
aktualisasi diri dan prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement).
Sebagai pendidik (calon
pendidik) dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang profesional dan bermakna,
tugas kemanusiaan kita adalah berusaha membelajarkan peserta didik untuk dapat
mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusiaan yang dimilikinya, melalui
pendekatan dan proses pembelajaran yang menantang atau problematis (Problematical
Learning/IQ), menyenangkan (Joyful Learning/ EQ) dan
bermakna (Meaningful Learning/SQ). Seorang pendidik sejati akan
menanamkan tauhid yang baik dan kokoh kepada anak didiknya. Apapun mata
pelajaran yang mereka emban, sehingga tidak ada celah bagi si anak untuk
membangkang terhadap perintah Tuhannya. Sikap dan perilaku peserta didik akan
terkontrol degan sendirinya, tanpa perlu satpam, polisi dan hansip. Dengan
pribadi yang matang dari segi keilmuan dan tauhid, maka akan secara otomatis
memberi pengaruh yang positif bagi diri dan lingkungannya.
Dalam dunia pendidikan,
keseluruhan aspek kecerdasan (IQ, EQ dan SQ) perlu mendapat perhatian yang
seimbang. Kecerdasan intelektual yang tidak diiringi dengan kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual, hanya akan menghasilkan kerusakan dan
kehancuran bagi kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar